Harga merosot, petani garam membuat pondok garam

  • Sep 22, 2020
  • mangunlegi

Mangunlegi: Selasa, 22 September 2020.

mangunlegi-batangan.desa.id. Puncak musim kemarau terjadi pada bulan September. Sehingga produksi garam dapat dikatakan melimpah. Tapi hal itu tidak di imbangi dengan harga garam. Saat ini harga garam basah dari petani, untuk kw1 Rp. 300,- perkilogram, kw2 Rp. 275,- perkilogram dan kw3 Rp. 250,- perkilogram.

[caption id="attachment_2551" align="aligncenter" width="300"] Garam yang baru di ambil dari tambak dikumpulkan petani terlebih dahulu, dijual saat harga melonjak.[/caption]

Harga garam yang terus merosot membuat petani garam lebih memilih menimbun garam yang baru produksi. Karena itulah banyak petani garam lebih memilih menimbunnya daripada langsung di jual, dengan harapan nilai jual garam di musim penghujan nanti lebih mahal harganya. Garam yang terus merosot ini, tidak berbanding lurus dengan cuaca yang ada. Cuaca yang kadang kala hujan tidak menyebabkan harga garam naik.

Pada hari selasa, 22 September 2020, pada pukul 09.00 WIB, Sukiman ( 50 Tahun ) seorang petani garam saat ditemui di Lahan tambaknya mengatakan harga garam yang terus merosot membuat petani semakin kesulitan. Banyak dari kami mulai menimbun hasil garam untuk dijual pada saat harga melonjak.

Sutiyo, salah satu petani garam mengatakan bahwa garam hasil panen tahun lalu belum dia jual. Karena Harga garam saat ini tidak menguntungkan bagi petani. Oleh karena itu, dia membuat tempat yang nantinya dipergunakan untu menimbun garam yang baru diproduksi dari tambak.

[caption id="attachment_2552" align="aligncenter" width="300"] Pondok garam biasanya terbuat dari bambu.[/caption]   [caption id="attachment_2553" align="aligncenter" width="300"] Petani garam membuat pondok untuk mengumpulkan garam yang telah diproduksi.[/caption]